Dawet Ayu Banjarnegara

Kota Banjarnegara atau oleh masyarakat yang berlogat Banyumasan lebih dikenal dengan Kota Mbanjar, adalah sebuah kabupaten yang cukup kaya akan kuliner. Salah satu kuliner minuman khas Kota Banjarnegara adalah Dawet Ayu. Dawet Ayu Banjarnegara memiliki kekhasan tersendiri jika dibandingkan dengan minuman sejenis dari kota lain. Citra rasa khas dawet ayu Banjarnegara yang alami dihasilkan dari perpaduan antara cendol yang terbuat dari tepung beras dan tepung beras ketan beraroma pandan, santan kelapa, gula aren, dan durian. Rasanya yang segar membuat minuman tradisional ini selain sebagai pelepas dahaga, juga digunakan sebagai pendamping makanan utama. Karena itu di beberapa tempat seperti warung makan atau restoran juga menyajikan menu Dawet Ayu Banjarnegara sebagai menu minuman andalan. 

Saat ini dawet ayu Banjarnegara mudah ditemukan di berbagai kota di Indonesia, akan tetapi untuk cita rasa yang khas Dawet Ayu Banjarnegara hanya bisa dinikmati dan dijumpai di Kota Banjarnegara. Keistimewaan dan keunikan minuman khas Banjarnegara yang satu ini, bisa disajikan tanpa mengenal cuaca. Dawet Ayu Banjarnegara memang enak, segar dan sangat cocok diminum pada saat cuaca panas dengan ditambahkan es batu maupun dinikmati pada saat cuaca dingin (tanpa menggunakan es) tentunya santan harus dipanaskan terlebih dahulu supaya terasa hangat. Karena keunikannya tersebut Dawet Ayu Banjarnegara dijadikan sebagai mascot dan minuman khas Kota Banjarnegara. Salah satu bentuk apresiasi untuk menjadikan tanda sebagai minuman ”khas” tersebut, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah membuat maskot miniatur Dawet Ayu yang diletakkan di Alun-alun Kota Banjarnegara tepatnya di sebelah selatan atau depan Bank BRI Cabang Banjarnegara.

Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara Tjundaroso mengatakan, dawet Banjarnegara menjadi terkenal awalnya dari lagu yang diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono berjudul ”Dawet Ayu Banjarnegara”. Pada tahun 1980-an, lagu dipopulerkan kembali oleh Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang Penjol yang terkenal di Karesidenan Banyumas pada era 1970-1980-an. Sejak itu kebanyakan orang di Karesiden Banyumas mengenal dawet Banjarnegara dengan julukan dawet ayu. Lirik lagunya sederhana, tetapi mengena. Lagu bercerita tentang seorang adik yang bertanya kepada kakaknya mau piknik ke mana? Jangan lupa beli dawet Banjarnegara yang segar, dingin, dan manis.
(Sumber: http://budparbanjarnegara.com)

“Kakang kakang pada plesir, maring ngendi ya yi
Tuku dawet dawete Banjarnegara
Seger, anyes, legi.. apa iya?
Daweet ayu… Dawete Banjarnegara.”

Sebait lagu di atas adalah bagian dari judul lagu Dawet Ayu. Setiap orang yang berada dalam budaya Banyumasan sudah tak asing lagi dengan lagu ini. Lagu yang dipopulerkan grup lawak Banyumasan yang legendaris, Peang Penjol, menyuguhkan sekilas kisah betapa dawet Ayu begitu segar, nikmat dan manis. Betapa Dawet ayu telah menjadi bagian penting dari kehidupan orang Banyumasan. 

Perlu diperhatikan dan diingat, salah satu ciri khas penjual dawet ayu Banjarnegara adalah adanya dua buah tokoh wayang pada gerobaknya. Tokoh wayang itu adalah Semar dan Gareng. Ada yang meyebutkan bahwa itu adalah simbolisme dari gabungan kata keduanya yaitu MARENG yang dalam bahasa Banyumas berarti kemarau. Mar dari seMAR dan Reng dari GaRENG. Jadi maksudnya, jika musim kemarau tiba cuaca akan panas dan selalu merasa haus, maka minuman yang paling tepat untuk dinikmati adalah dawet ayu atau bisa juga itu adalah simbolisasi dari penjual yang menginginkan cuaca dalam kondisi kemarau sehingga dawetnya bisa laris.
[ sumber: http://www.banjarnegarakab.go.id ].

1 Response to "Dawet Ayu Banjarnegara"

  1. Sudah terbukti kualitasnya
    Bangga jadi warga banjarnegara

    Di tunggu kunbalnya

    BalasHapus